Sunday, April 15, 2007

Belahan jiwa

Belahan jiwaAku bertanya, “Kapan kamu tiba?”. Dia senyum dan berkata, “Pada saat yang tepat, sayang.” Senyum yang jauh. Aku juga tersenyum. Senyum yang bersandar pada kepercayaan yang rapuh.

Aku bertanya, “Kamu ada dimana?”. Dia memejamkan mata dan berkata, “Dalam harapanmu, sayang.” Mata yang memang tak pernah terbuka. Yang dalamnya hanya bisa direka-reka.

Dan aku menunggu. Menunggu. Aku mencari. Mencari. Lalu menunggu. Menunggu. Kemudian mencari. Mencari.

Akhirnya aku bertanya, “Apakah kamu nyata?”. Dia tertawa. Tertawa lama. Dan tidak berkata-kata. Tidak ada kata-kata diucapkannya. Hanya tertawa. Dan tertawa. Lama. Aku mulai meneteskan air mata. Aku menyerah.

“Cukup sampai disini saja, wahai belahan jiwa yang entah dimana dan tak pasti kapan tiba…”. Aku menyerah. Dan ia masih tidak berkata-kata.

Mungkin karena ia memang tak ada.

No comments: